Pulau Komodo? Ah, sudah lah…

Jumat, 04 November 2011

Polemik yang terus bergulir mengenai Pulau Komodo membuat saya tertarik menulis artikel ini. Mungkin teman-teman juga sering mendengar tentang polemik yang terjadi mengenai Pulau Komodo. Mulai dari terancam dieliminasinya Pulau Komodo sebagai “Keajaiban Dunia Baru” oleh yayasan New7Wonders sampai polemik mengenai vote sms untuk Pulau Komodo yang mencuat akhir-akhir ini.
Awalnya, ada sebuah LSM yang membuat gerakan New Seven Wonders dan seluruh negara diminta untuk mengajukan 3 objek alam yang eksotis untuk menjadi New Seven Wonders of Nature. Dan Indonesia ketika itu mengajukan tiga objek alam yaitu Pulau Komodo, Anak Krakatau dan Danau Toba. Pada akhirnya Pulau Komodo diumumkan masuk final dalam ajang tersebut karena dianggap sangat eksotis dan hanya satu-satunya pulau di dunia ini yang dihuni oleh binatang purba seperti Komodo.
Polemik terjadi ketika Indonesia diajukan untuk menjadi tuan rumah final ajang tersebut pada 11-11-2011. Dengan syarat yang berat yaitu membayar sebesar US$ 45 juta atau sekitar Rp 400 miliar, tentu saja Indonesia menolak hal tersebut. Setelah penolakan tersebut yayasan New7Wonders mengancam mengeliminasi Pulau Komodo sebagai finalis New Seven Wonders of Nature.
Polemik tidak hanya berenti sampai di situ saja, di dalam negeri polemik mengenai Pulau Komodo lain lagi ceritanya. Di dalam negeri, polemik mengenai Pulau Komodo terjadi setelah munculnya gerakan vote melalui sms untuk pemenangan Pulau Komodo sebagai New Seven Wonders. vote sms itu dianggap sebagai penyalahgunaan oleh sebagian kalangan, mungkin isu ini mencuat beriringan dengan isu pencurian pulsa sering yang terjadi.
Polemik kemudian menjadi tambah panas ketika Duta Besar Indonesia untuk Swiss Djoko Susilo mengatakan keraguannya atas kredibilitas yayasan New7Wonders. Yayasan yang kononnya berada di Swiss, setelah ditelusuri oleh pihak kedutaan Indonesia di Swiss, ternyata alamat yayasan tersebut tidak ditemukan, status badan hukumnya juga tidak jelas. Dan lebih parah lagi ternyata yayasan New7Wonders tidak punya keterkaitan dengan UNESCO.
Sebagaimana kita ketahui, UNESCO adalah organisasi internasional di bawah payung PBB yang mengurusi bidang budaya dan pengetahuan. Kredibilitas UNESCO pastinya tidak diragukan. UNESCO pada tahun 1977 telah mendeklarasikan Pulau Komodo sebagai salah satu warisan dunia. infonya bisa dilihat di http://www.unesco.org/new/en/natural-sciences/environment/ecological-sciences/biosphere-reserves/asia-and-the-pacific/indonesia/komodo/
Hal yang sungguh menggeletik ketika sudah ada organisasi internasional yang kredibilitasnya tidak diragukan lagi seperti UNESCO telah mengakui Pulau Komodo sebagai warisan dunia tetapi kita masih saja meributkan pemenangan Pulau Komodo sebagai New Seven Wonders of Nature oleh organisasi yang belum jelas keberadaannya seperti yayasan New7Wonders. Lalu dengan biaya yang keluar begitu besar dan bahkan melibatkan rakyat melalui vote sms, apa manfaat yang nantinya kita dapatkan?
Sebagai bentuk promosi Pulau Komodo? Begitu berhargakah ajang New Seven Wonders of Nature untuk kita? Begitu sempitkah pikiran kita sehingga untuk promosi Pulau Komodo hanya dengan cara seperti itu?
Saya banyak menerima BBM dari beberapa teman saya untuk mem-vote Pulau Komodo sebagai bentuk rasa Nasionalisme dan kecintaan pada alam yang dimiliki Indonesia. “Preeeeeettt, Omong Kosong” itu lah jawaban saya. Apakah dengan mem-vote Pulau Komodo dapat menunjukan rasa nasionalisme? Apakah dengan mem-vote Pulau Komodo dapat menunjukan bahwa saya cinta alam Indonesia? Kalo kalian cinta dengan alam Indonesia yang kalian perlu lakukan bukan dengan cara mem-vote sms, tetapi dengan menjaga lingkungan mulai dari yang paling mudah di lakukan yaitu “Membuang Sampah Pada Tempat Sampah!”
Lagipula, masih banyak cara lain untuk mempromosikan Pulau Komodo. Apa yang dilakukan pemerintah untuk mempromosikan budaya Indonesia dianggap sudah baik tanpa mengikuti ajang seperti itu yang hanya menghabiskan energi kita dengan polemik yang terus terjadi. Pulau Komodo? Ah, sudah lah…

0 komentar: